Pinjaman ADB $500 Juta Untuk Bantu Indonesia Tingkatkan Produktivitas Tenaga Kerja dan Mendorong Pendidikan, Kesehatan, Perlindungan Sosial
Asian Development Bank (ADB) menyetujui pinjaman berbasis kebijakan senilai $500 juta untuk membantu Indonesia meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menaikkan produktivitas tenaga kerja, serta melakukan reformasi di bidang pendidikan, pengembangan keterampilan, kesehatan, dan perlindungan sosial.


“Program baru ini akan membantu meningkatkan pembangunan sumber daya manusia, yang merupakan inti dari strategi pemerintah Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dalam jangka panjang,” kata Ayako Inagaki, Direktur ADB bidang Pembangunan Manusia dan Sosial bagi Asia Tenggara. “Program ini mendukung reformasi penting yang membantu pemerintah mencapai berbagai target kesehatan dan pendidikan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG/Sustainable Development Goal) PBB; meningkatkan pendidikan dan pelatihan keterampilan; mendorong lapangan kerja bagi kaum muda, termasuk lulusan universitas; memperluas jaring pengaman sosial; serta mengurangi stunting pada anak-anak.”


Diperlukan tingkat pertumbuhan tahunan setidaknya 7% agar Indonesia mampu merealisasikan aspirasi menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045. Angkatan kerja yang terampil sangat penting bagi transisi Indonesia menuju manufaktur teknologi tinggi dan ekspor bernilai tambah lebih tinggi.


Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia. Indeks modal manusia Indonesia naik menjadi 54% pada 2020 dari sebelumnya 50% pada 2010. Meskipun anak Indonesia saat ini rata-rata sudah dapat menyelesaikan 12,3 tahun sekolah di usia 18, hasil pembelajaran yang lemah menjadikan kaum muda tidak siap memasuki pasar tenaga kerja.


Pandemi penyakit virus korona (COVID-19) berdampak negatif terhadap hasil pembelajaran. Hal ini akibat penutupan sekolah yang berkepanjangan, sehingga dalam jangka panjang berpengaruh bagi anak-anak yang masih kecil. Pandemi juga menyebabkan buruknya tingkat imunisasi bagi balita, karena perawatan kesehatan non-COVID-19 menjadi lebih sulit diakses. Sejalan dengan dampak pandemi yang menekan permintaan dan memperlambat penciptaan lapangan kerja, pengangguran jangka panjang dapat menimbulkan terkikisnya keterampilan, terutama di kalangan kaum muda.